BOBOTOH JANGAN BUNUH PERSIB

Minggu, 28 Februari 2010
DALAM sejarah sepak bola kita, Persib Maung Bandung merupakan pilar penting. Tanpa Persib, kompetisi umpama sayur tanpa garam, hambar dan tak enak lah. Fenomena itu sangat terasa di Liga Super Indonesia (LSI) yang kini berlangsung. Persib merupakan salah satu tim yang dinanti-nanti penampilannya, bukan cuma oleh bobotoh (pendukung setia Persib), tetapi juga penggemar sepak bola umumnya.

Kecintaan warga Bandung pada Persib terbukti dari penonton yang datang ke Stadion Siliwangi. Dipastikan stadion padat-luber, meski Persib bertanding lawan tim kurang terkenal. Jika lawan tim papan atas, misal Persija Jakarta, PSIS Semarang, atau Sriwijaya FC Palembang, praktis stadion tak bisa menampung animo penonton. Padahal, tiket tanda masuknya paling mahal dibandingkan dengan stadion lain.

Saya termasuk orang yang langsung melihat dari dekat soal animo penonton ini, sejak liga digelar mulai tahun 1995. Tercatat, Persib adalah tim paling sukses menarik penonton ke stadion. Bukan saja jumlahnya, juga karakter penontonnya, dari anak-anak hingga orang dewasa, hebatnya dari semua lapisan. Persib pulalah yang mampu menyedot paling banyak para neng geulis datang ke stadion.

Soal kesenangan menonton Persib, juga terbukti dari riset televisi. Tatkala melawan Persija pekan lalu, misalnya, 70% penonton televisi di Bandung menonton pertandingan yang menarik itu. Jumlah itu rekor, tak pernah terjadi sebelumnya. Rupanya, bagi warga Bandung, pesona Persib jauh mengalahkan daya pikat sinetron atau program musik variety show yang melibatkan grup band terkenal.

Barangkali karena “kegilaan” itu, bobotoh Persib kurang mengontrol emosi dan terkadang suka kelewat batas memberi dukungan. Mereka, sepertinya ingin Persib main bagus dan menang terus. Harapan itu lumrah. Dimana-mana, setiap fans ingin tim kesayangannya melumat lawan. Kemenangan menjadi tujuan utama, hasil imbang tidak boleh terjadi, dan kekalahan hasil paling dibenci.

Tetapi apa mau dikata, dalam sepak bola tidak selalu bisa menang. Yang penting, hasil tersebut sudah merupakan usaha maksimal. Kalau tim kesayangan kita sudah tampil habis-habisan tapi kalah, dukungan harus tetap diberikan. Kekalahan dalam sebuah kompetisi yang panjang seperti di LSI ini bukan berarti kiamat.

Lihatlah kompetisi Inggris musim lalu. Klub elite Manchester United, yang bertaburan bintang, dipecundangi oleh Manchester City di awal kompetisi. Pendukung setia “Setan Merah” kecewa berat. Akan tetapi, saat media memaki-maki kekalahan itu mereka justru membela habis-habisan klub kesayangannya. Pelatih Alex Ferguson berkata, “Biarlah media membenci kami, yang penting para pendukung tetap setia dan mencintai kami.” Kita sama-sama tahu, akhirnya Manchester United merebut gelar juara.

Pendukung, memang pilar penting bagi pencarian prestasi. Kesetiaan, kecintaan, dan kepercayaan suporter adalah kekuatan kedua belas. Dengan suporter yang terus memberikan semangat sepanjang pertandingan, tim bisa tampil hebat melebihi kekuatan aslinya, sementara tim lawan bisa kehilangan nyali. Tetapi sebaliknya, bila suporter menjadi musuh dalam selimut, celaka untuk kesebelasan itu.

Inilah yang dicemaskan dari bobotoh Persib, yang terlalu cepat emosional terhadap Maung Bandung. Kekalahan melawan Persija, pekan lalu, baru terjadi di partai kedua dari 34 partai laga. Sekadar mengingatkan, janganlah kekalahan itu menjadi patokan, kemudian membenci Persib.

Jangan terulang lagi kejadian di musim lalu. Persib justru gemetar bermain di depan pendukung sendiri. Akibatnya, setiap tampil di Stadion Siliwangi Persib jutru menuai kekalahan. Ironisnya, bila tampil di kandang lawan, pemain Persib justru tenang tapi menakutkan dan meraih kemenangan.

Begitulah, bobotoh jangan membunuh diri sendiri (baca: Persib). Dukung dan cintailah Persib, dalam keadaan senang maupun susah. Ini juga berlaku untuk para pengurus agar tak cepat panik menerima kekalahan. Pernyataan Anda ke media harus dikontrol, jangan sampai “membunuh” mental pemain maupun pelatih. Justru pada saat seperti itu mereka harus dirangkul. Sekali lagi, perjalanan masih panjang, Kang!

Bagi saya tim Persib sekarang menakutkan, lebih tangguh dari tim Persib sebelumnya. Mereka punya materi pemain berkualitas di semua lini. Di belakang ada duet palang pintu, Nyeck Nyobe dan Nova Arianto, yang tak hanya tangguh bertahan, juga punya insting bagus dalam mencetak gol. Maklum saja “Si Suster Ngesot” Nova, sebelumnya adalah seorang striker.

Di lini tengah, yang merupakan dapur permainan, ada duet Eka Ramdhani dan Lorenzo Cabanas, yang memiliki ball-skill di atas rata-rata. Keduanya lihai membangun serangan melalui umpan terukur. Dan keduanya juga ahli dalam menendang bola-bola mati untuk dijadikan gol. Dibantu gelandang worker, Suwita Pata atau Haryono, yang berperan membantu pertahanan, tak ayal lini tengah Persib oke punya.

Di lini depan, Persib punya trisula maut, Zainal Arif-Hilton-Rafael Bastos. Ketiganya striker petarung, bukan penyerang oportunis yang cuma bisa memanfaatkan kesalahan lawan. Mereka sudah membuktikan kehebatannya sebagai bomber di dua pertandingan awal. Dan jangan lupa, Persib punya Jaya Hartono, pelatih jago strategi, bertangan dingin, dan punya lisensi sebagai pelatih juara.

Penulis, pengamat sepak bola, tinggal di Jakarta. (sumber : Pikiran-rakyat)

1 komentar:

hooligans cimareme mengatakan...

JADILAH BOBOTOH NU MAKE MANAH

Posting Komentar